Mengkritisi Karya Sendiri

Akhir-akhir ini saya senang membaca ulang tulisan saya sendiri. Bukan tulisan terbaru di blog, yang saya baca adalah tulisan saya enam tahun lalu. Ada dua tulisan, yang satu berjudul Lucy & Danny, dan satu lagi Artemis dan Apollo. Keduanya dalam format novel, fiksi.

Kedua naskah novel itu tak pernah pergi ke mana-mana. Saya tidak mengirimkannya ke mana pun, dan tak ada yang pernah membacanya sampai tuntas kecuali saya sendiri. Haha. Dan karena saya baru selesai membacanya lagi, saya ingin mereview tulisan saya tersebut. Dimulai dari Artemis & Apollo.

Artemis & Apollo bercerita tentang dua orang pria dari dua suku yang selalu bermusuhan sejak zaman dulu kala. Artemis dari suku West, dan Apollo dari East. Anak-anak dari kedua suku tersebut sejak lahir sudah didoktrin untuk saling membenci, dan tak mengenal kata pertemananan atau kerja sama. Namun Artemis dan Apollo tak senang dengan keadaan tersebut. Mereka merantau jauh dari sukunya dan takdir mempertemukan mereka di negeri lain.

Keduanya berteman akrab dan merasa klop. Mereka tahu persahabatan ini terlarang karena seharusnya mereka saling bermusuhan. Tapi keduanya keep going sampai terjadilah sebuah insiden. Apollo membunuh seorang dari suku West. Ia pun menjadi buronan. Mengetahui hal ini, Artemis tidak tinggal diam. Ia berusaha melindungi Apollo sekuat tenaga. And the adventure begins

Kritik pertama saya untuk kisah Artemis & Apollo adalah banyaknya typo. Haha. Ada typo yang disebabkan terlalu semangat saat menulis. Saya ingat bagaimana dulu saya begitu ingin menyelesaikan naskah tersebut sebelum kehilangan mood dan idenya menguap. Ada juga typo yang memang saat itu saya tidak tahu bagaimana penulisan yang benar. Wkwk.

Kedua, ada beberapa plot hole atau kejadian yang janggal yang seharusnya bisa diperbaiki. Namun sebenarnya sungguh wajar bagi penulis pemula. Apalagi ini adalah first draft alias masih mentah banget. Ketiga, sebagaimana saya senang dengan tulisan yang to the point, Artemis & Apollo sangat to the point sehingga minim deskripsi. Terlihat dari jumlah halamannya yang hanya 60-an halaman. Duh

Namun, walapun sudah enam tahun berlalu sejak saya menuliskannya, Artemis & Apollo tetap bisa membuat emosi saya terbawa, dan saya senang dengan dialog-dialog dan diksinya. Salah satu yang saya suka contohnya narasi singkat berikut ini:

Masih sakit, bekas pukulan Artemis di wajahnya. Ia tak menyangka Artemis akan meninjunya begitu keras. Ia tak menyangka orang yang berusaha ia lindungi justru menghajarnya. Apollo  terkekeh sendiri. Dia tidak tahu, batin Apollo.

That’s all for today
. Menyenangkan juga membaca ulang dan mengkritisi karya sendiri. Sayangnya saya tak banyak menulis cerita panjang. Biasanya hanya berupa cerpen atau opini singkat. Apakah ini saatnya menulis lagi?

#30DWCJilid23
#30DaysWritingChallenge
#Squad7
#30DWC


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik