25 November 2024

Hewan yang Paling Bikin Degdegan

Apa pengalaman masa kecil yang paling menegangkan? Kalau saya, jawabannya adalah dikejar dan digigit anjing. Ouch!

Semua berawal ketika aku mau main ke rumah teman yang memelihara anjing. Kalau dipikir ya aneh juga aku, udah tau teman pelihara anjing yang siap siaga di depan rumah, masih aja aku nekat. Yah, namanya juga anak-anak, yang penting main sama teman! Walaupun berisiko besar. Wkwk.

Jadi pas aku sampai di depan rumahnya, itu anjing lagi tidur persis di depan pintu rumah. Rumahnya tidak ada bel, dan zaman itu belum punya HP, tentu aku harus panggil-panggil teman secara manual dong. Kupanggillah. Ngga terlalu kencang karena takut anjingnya kebangun. Benar saja, anjingnya kebangung dan aku pun langsung panik.

Aku lari ke rumah depan, anjingnya mengejar dengan gigih. Sampai akhirnya aku terdesak, dan terjadilah hal itu. Wkwk.

Walaupun begitu, aku masih bersyukur karena qodarullah di hari itu aku pakai celana jeans jadul yg kaku dan tebal. Jd walaupun sakit, tapi bokongku aman, ngga luka. 

Sampai sekarang, tiap kali berpapasan dengan anjing, jenis apapun itu, aku langsung degdegan, mode waspada, dan otomatis menjaga jarak, sejauh mungkin. Sebagian orang mungkin menilai aku terlalu takut atau lebay. Namun, ya, bagaimana lagi. Bagiku kata-kata "anjingnya jinak ngga bakal nggigit" adalah hoaks.

#RBMNov2024
#RBMIPJakarta
#tantanganmenulis
Share:

24 November 2024

Anak Pasti Lebih Paham Bahasa Indonesia Dibanding Bahasa Asing, Benarkah?

Gambar dari Pexels


Karena sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia, anak-anak pun otomatis bisa dan lancar berbahasa Indonesia. Kalau begitu ajarkan bahasa Inggris saja. Pernahkah terpikir demikian? Saya pernah. Apalagi mulai usia 3 tahunan, anak sulungku sudah lancar bicara, kosakata bahasa Indonesianya banyak dan cenderung formal. Misal, dia terbiasa mengatakan “tidak” daripada “ngga”, “sangat” daripada “banget”, dll. Amanlah ini bahasa Indonesianya, pikir saya.

Namun, seiring berjalannya waktu, munculnya Covid-19, bertambahnya screen time dan paparan bahasa Inggris lewat tayangan YouTube, kemampuan berbahasanya pun berubah. Tiba-tiba saja dia bisa bicara bahasa Inggris! Wow, pertama tentu saya senang-senang saja, tanpa diajari sudah bisa. Apalagi bahasa Inggris memang penting untuk ke depannya nanti.

Alarm mulai muncul ketika si sulung ini ternyata lebih mengerti kosakata bahasa Inggris dibanding bahasa Indonesia. Contohnya, saat saya menjelaskan tentang imunisasi, lalu saya menyebut kata “jarum”, dia bertanya, “Jarum itu apa?”. Saya pun mendeskripsikannya. Dia manggut-manggut. Begitu saya bilang jarum itu needle, dia baru beneran paham. Duh.

Ini tidak sekali dua kali, tapi beberapa kali. Sebagai penggemar dan pembaca buku-buku Ivan Lanin, saya merasa ada yang kurang pas. Bagaimana pun juga, harusnya ia lebih paham kosakata bahasa Indonesia. Toh, dia juga sekolah di sekolah biasa, bukan internasional. Berarti ada sesuatu yang perlu dibenahi. 

Selama ini memang agaknya dia terlena dengan bahasa Inggris. Tontonan bahasa Inggris, buku bacaannya pun dibelikan yang berbahasa Inggris. Alhasil dia lebih paham itu. Walaupun sehari-hari ngobrol bahasa Indonesia, adakalanya dia kesulitan dan justru lebih lancar berbahasa Inggris.

Hhh.. Ternyata, hanya karena sehari-hari memakai bahasa Indonesia, tak berarti anak akan begitu saja cakap berbahasa Indonesia. Dia tetap harus diberi input secara konsisten, diperkenalkan kosakata, bacaan, dengan bahasa nasional ini. Tidak ada pilihan lain. Bahasa Indonesia tetap harus dipelajari dan dikuasai oleh anak-anak. Baru kemudian bahasa asing atau bahasa daerah.

Saat ini saya pun kembali membiasakan si sulung dengan buku bacaan berbahasa Indonesia. Saya juga bilang agar dia bertanya kalau ada kata yang tidak dipahami. Semoga kosakata bahasa Indonesianya akan terus bertambah.


Share: