Review Buku: Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar

Judul: Si Kembar dan Tantangan Profesor Haydar

Penulis: Reytia

Tahun terbit: 2022

Penerbit: Forsen Books

Jika Anda sedang mencari bacaan ringan nan sarat makna, bisa dinikmati oleh anak sekaligus orang tua, buku inilah jawabannya. Ah, sampai speechless saya membahas novel satu ini, saking terpesonanya. Hihii.

Begini lho, saya kurang suka buku anak, atau buku remaja, karena merasa tidak relate gitu. Wong sudah emak-emak, kok, baca buku anak/remaja? Eh, tapi ternyataaa, buku ini sangat nikmat dibaca (apakah artinya saya masih berjiwa remaja? wkwk).


Sekilas tentang isi buku:

Novel ini bercerita tentang Khalid dan Aya, anak kembar yang mendadak rebel dan tidak ingin puasa Ramadan karena termakan pendapat ngawur di internet. Padahal tahun sebelumnya, kedua anak ini sudah bisa puasa Ramadan full. Toh, mereka memang sudah 11 tahun, sudah sepatutnya sanggup puasa.


Menghadapi perubahan sikap yang mendadak ini, orang tua Aya dan Khalid pun bingung. Untunglah mereka punya kakek yang bijak yaitu Profesor Haydar. Iya, mereka juga beruntung karena kakeknya itu seorang profesor. Sang kakek lantas turun tangan untuk meluruskan lagi pemikiran cucunya yang agak-agak oleng. Wkwk. 


Pertanyaannya, berhasilkah sang kakek profesor mengembalikan cucunya ke jalan yang benar? Apa sebenarnya hal besar yang membuat si kembar membelot? Apa saja cara yang ditempuh kakek? Bisakah kita sebagai orang tua menirunya? Atau setelah menjadi kakek-nenek baru kita bisa seperti itu? Hyahahaha. Tentu saja saya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu karena akan spoiler besar-besaran.


Review:

Walaupun sebenarnya buku ini adalah buku anak/remaja, tetapi di dalamnya sarat nilai-nilai pengasuhan. Misalnya ketika Profesor Haydar berusaha membimbing cucu-cucunya untuk kembali ke jalan yang lurus. Bukan dengan cara tarik urat dan debat, tetapi dengan cara yang cerdas. Juga bagaimana sikap orang tua si kembar yang mungkin mirip dengan orang tua zaman sekarang ini. 


Nilai yang juga menjadi sorotan dalam novel ini adalah ilmu agama. Ya, nilai-nilai agama dalam cerita si kembar ini bukan hanya tempelan, melainkan memang mendominasi. Melalui tokoh kakek yang berilmu, pembaca disajikan secuplik kisah shahabiyah, syariat puasa, dan pentingnya ilmu agama. Di sinilah pembaca yang fakir ilmu seperti saya merasa tergetuk. Wah, salut deh sama penulisnya karena bisa menyajikan pelajaran agama dengan bahasan yang ringan dan batasan yang “aman” bagi semua usia.


Selesai membaca novel ini membuat saya sebagai orang tua merenung. Bagaimana jika suatu hari nanti anak-anak menanyakan sesuatu atau membantah sesuatu yang berkaitan dengan agama, dan saya tidak bisa memahamkan mereka? Ditambah lagi kami tidak punya keluarga bergelar profesor. Wkwk. Maka jawabannya hanya satu, orang tua harus serius menuntut ilmu agama dengan benar. Harus.


Anyway, saya juga suka dengan layout buku ini. It’s nice

Sekian review novel ini. Kalau kalian tertarik membeli bukunya silakan follow ig penulisnya @reytia dan tanya langsung, yaa. 


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Resensi Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye)

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)