Hal-Hal yang (Bukan) Rahasia


“Rahasia!” kata seorang perempuan berusia paruh baya, sambil malu-malu. Ia lebih tampak seperti orang yang ingin membeberkan rahasia, tapi tidak ingin benar-benar kelihatan begitu. Paham, kan, maksudnya?

“Ih, kasih tahu, dong. Ke mana, sih, orang itu? Kok, katanya ngga pulang ke rumahnya, ya?” sahut seorang perempuan lawan bicaranya yang jelas terpancing umpan “rahasia” tadi.

“Ibunya aja nggak tahu, lho, dia ke mana.”

“Ke mana, sih, emangnya?”

Pergunjingan dua ibu-ibu itu pun berlanjut, makin seru. Keduanya tampak begitu antusias. Yang satu semangat membocorkan rahasia berupa aib orang, yang satu tak kalah gigih mengulik aib orang.

Sialnya, saya justru merasa risih sekali karena tidak sengaja mendengar obrolan tadi di warung saat sedang belanja. 

Entah mengapa, rasanya obrolan langsung mendadak seru kalau sudah ada kalimat seperti itu. Ketika dibilang rahasia, semua justru ingin mendengarnya. Sama seperti kalau dibilang “jangan”, malah tergoda untuk melakukannya. 

Padahal, kalau sudah dibilang rahasia, apalagi tidak ada hubungannya dengan kita, ya sudahlah, biarkan saja. Tidak perlu diulik-ulik. Apalagi hal seperti ini masuk dalam kategori yang memang seharusnya dirahasiakan.

Apa saja yang seharusnya dirahasiakan?

Pertama, rahasia yang masuk dalam kategori rahasia sesungguhnya, dan memang sebaiknya dirahasiakan. Rahasia orang, aib diri dan orang lain, dan kebaikan diri. Menurutku tiga hal ini memang sebaiknya tetap menjadi rahasia.

Jika ada rahasia orang lain, yang kita tidak tahu, maka sudahlah, tidak perlu dicari tahu. Toh, kita tidak tahu pun tidak masalah. Justru kalau kita tahu malah bisa jadi masalah. Misal, aib orang lain, jika kita tahu, bisa jadi kita akan gatel sekali ingin menyebarkannya–seperti kasus ibu-ibu di atas tadi. Daripada harus menahan diri menjaga rahasia, lebih baik tidak tahu sama sekali, bukan?

Begitu juga aib diri sendiri, sebaiknya tetap menjadi rahasia, jangan malah diumbar, dijadikan konten. Yaa kalau ada manfaat, atau hikmah, pelajaran yang bisa diambil, dan memang lebih besar manfaat dibanding mudarat, mungkin masih ok. Akan tetapi, jika tidak? Hanya rugi saja yang kita dapat.

Ketentuan yang sama berlaku untuk kebaikan yang kita lakukan. Kalau dibeberkan malah akan menghilangkan pahalanya, menumbuhkan ujub pula. 

Apakah ini rahasia?

Nah, ada hal-hal yang sebenarnya bukan rahasia-rahasia amat, tetapi masih dicari-cari. Yaitu pertanyaan, “kenapa aku diciptakan? Untuk apa aku diciptakan?”

Wajar, kalau bertanya seperti itu. Namun, secara umum, itu pertanyaan yang sangat luar biasa jadul. Karena malaikat pun sudah menanyakan hal yang sama bahkan sebelum manusia pertama diciptakan. Dalam surat Al Baqarah, Allah menceritakan bahwa malaikat mempertanyakan, kenapa Allah menciptakan manusia? Padahal manusia itu akan berbuat kerusakan di bumi? Sedangkan sudah ada malaikat yang selalu tunduk patuh.

Allah sudah menjawab di ayat yang sama bahwasannya Allah mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat. Malaikat pun mengiyakan hal itu. Kemudian di ayat lain, Allah juga memberi tahu tujuan penciptaan manusia, tidak lain adalah untuk menyembah Allah. 

Hal ini sudah bukan rahasia lagi, iya kan? Cukup dengan mencari ilmu, mengamalkannya sebaik mungkin, maka apa-apa yang kita pikir rahasia itu akan terungkap juga. Toh, tidak semua harus diketahui saat ini juga. Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi setiap hamba-Nya. Kita sebagai hamba lah yang sering tidak memahaminya.

Yaa dalam perjalanannya, kita memang akan tetap mempertanyakan banyak hal. Tentu saja. Sebagai manusia yang diberikan karunia untuk bisa berpikir, kita pasti penasaran dengan banyak hal. Ingin mencari tahu ini dan itu. Bukan sesuatu yang buruk selama masih dalam jalur yang benar.

Kesimpulannya, ada hal yang memang sebaiknya tetap menjadi rahasia, demi kebaikan bersama. Tidak perlu dicari tahu, apalagi kalau tentang aib orang. Ada juga hal yang saat ini mungkin masih menjadi rahasia karena kita belum tahu, dan baru akan terungkap seiring berjalannya waktu. Bersabarlah, berdoalah.

#30DWCJilid46

#30DWC

#Day27


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Resensi Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye)

Review Novel The Star and I (Ilana Tan)