Khusyuk dan Kesendirian (Cerbung Part 2)

Satu dua hari setelah ayahnya meninggal, Diyani kembali masuk sekolah. Kini dia punya status baru yaitu sebagai anak yatim. Tapi nyaris tak ada perubahan yang ia rasakan atau tunjukkan. Semua seolah sama saja baginya kecuali satu hal, teman-temannya.

Ya, entah kenapa hari ini sikap teman-temannya agak berbeda. Mereka tampak kasihan dan simpati pada Diyani, mereka bertanya ini itu dan berusaha menghiburnya. Puncaknya, mereka sepakat untuk berziarah ramai-ramai ke makam ayah Diyani ketika jam istirahat sekolah. Kebetulan TPU tempat ayah Diyani dimakamkan memang tak jauh dari sekolah. Tanpa keberatan, Diyani langsung menerima ide itu.

Ramai-ramai, masih berseragam putih merah, sambil mengobrol dan bercanda, Diyani dan teman-temannya mendatangi makam. Mungkin mereka menganggap ziarah ini seperti piknik yang penuh suka cita. Sesampainya di makam, mereka berdoa sebisanya kemudian kembali lagi ke sekolah. Diyani pun berterima kasih atas kepedulian teman-temannya. Tapi, ia masih tak mengerti. Kenapa dia seolah bahagia? Bukankah harusnya ia masih berduka?

Sore itu awan mendung mulai berkumpul. Angin berembus cukup kencang, menandakan akan turun hujan. Diyani seorang diri berjalan kaki ke makam ayahnya, lagi. Ia meniti tiap langkah penuh kebingungan. Apa yang sebenarnya ia rasakan? Kenapa ia ingin mendatangi makam ayahnya lagi? Bukankah tadi siang ia sudah ke sini bersama teman-temannya? Ia sendiri penasaran dengan jawabannya. Sesaat ia berdiri di sana, terdiam. Ia khusyuk dalam kesedihan, dalam keheningan yang tiba-tiba melesak. Ya, ia sedih.

#30DWC
#30DWCJilid21
#Day16
#Khusyuk
#ImWritingInLove

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik