Waroeng Steak yang Tak Seperti Dulu



Judul ini tampaknya terang-terangan sekali. Langsung menggambarkan apa yang akan saya tuliskan. Ya, saya akan menulis tentang Waroeng Steak and Shake atau sering saya sebut WS. Sebelumnya, ini bukan iklan atau paid promote, ya. Hahaha. (Ya iyalah, siapa juga yang mau paid promote di sini, yak!)

Ceritanya tadi siang saya iseng-iseng makan siang di WS bersama bapake dan bocil. Terakhir makan di WS sekitar enam bulan lalu, tapi waktu itu bersama teman dan di WS Ciputat. Sedangkan hari ini kami makan di WS Kebayoran. Dan walaupun namanya sama-sama WS, rupanya ada hal berbeda.

Setibanya kami di tempat, saya agak ragu, benarkah ini WS yang selama ini kukenal? Kenapa WS yang terkenal dengan kesan sederhana dan merakyat tiba-tiba jadi seperti cafe-cafe kekinian? Apakah ini hanya perasaanku saja? Atau WS memang telah berubah dalam beberapa bulan?

Tanpa menunggu pertanyaan-pertanyaan itu terjawab, saya langsung masuk dan duduk. Sempat celingak-celinguk sebentar, kemudian saya simpulkan bahwa saya harus ambil sendiri lembar daftar menu dan lembar pesanan. Biasanya, waiter akan menghampiri kami, mengambil lembar pesanan dan memprosesnya. Bayarnya setelah selesai makan. 
Tapi tadi siang, kami yang harus jalan ke kasir, menyerahkan lembar pesanan, dan langsung bayar di muka. Sampai di situ saja sudah sangat berbeda dengan WS dulunya, ya. Tapi ada satu hal lagi yang menunjukkan WS kini memang telah berubah yaitu harganya. Hahaha. Harga-harga makanan di WS kini jauh lebih mahal dibanding pertama kali saya mencicipinya. Dulu, kira-kira 12 tahun lalu, harga chicken steak hanya Rp8500, sedangkan sekarang Rp20000. Demikian juga dengan menu-menu lainnya.

Ahh… Time flies..

Tapi di balik semua perubahan itu, ada satu yang masih tetap sama, yaitu rasanya. Rasa makanan yang saya pesan siang ini masih sama seperti dulu. Masih enak dan sesuai selera saya. Hehe. Dan satu hal ini saja sudah cukup membuat WS menjadi tempat yang nostalgic. So I still love it!

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik