Mencari Kedamaian dalam Kedaruratan
Saya akan terang-terangan. Berbeda dengan beberapa tulisan sebelumnya yang saya tulis dengan menggebu-gebu, topik seputar buku dan kepenulisan, kali ini saya akan menuliskan dengan lebih tenang. Karena, seperti tertulis di judul, kita akan mencari kedamaian di tengah kondisi darurat saat ini. Ya, saya juga akan menyinggung sedikit tentang Covid-19.
Tarik napas dalam, keluarkan perlahan.
Saat ini dunia sedang dilanda wabah Covid-19 yang belum ada obat dan vaksinnya. Sementara itu penularan penyakit ini sangat cepat layaknya flu biasa, padahal ini sama sekali bukan flu biasa. Dengan kondisi ini, WHO menyatakan status pandemi, dan negara ini dalam darurat kesehatan.
Siapa yang tak takut mendengar hal demikian? Saya takut, waswas, dan memilih di rumah saja sesuai arahan pemerintah demi mengurangi risiko terpapar virus. Namun, di rumah saja setiap hari bukanlah tanpa dampak. Salah satu dampaknya adalah pada psikologis yang mungkin jadi agak suntuk. Kurang happy.
Rindu jalan-jalan, rindu kawan, rindu makan di luar, dan banyak lagi. Tapi rindu itu belum bisa terobati. Lalu, bagaimana?
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal. Selalu ada hikmah di balik setiap musibah. Selalu ada nikmat yang bisa disyukuri. Dan nikmat besar yang bisa—bahkan harus—kita syukuri saat ini adalah nikmat Ramadan. Ya, Ramadan kali ini berbeda. Tak ada tarawih di masjid, tak ada buka bersama.
Tapi Ramadan tetaplah Ramadan. Bulan penuh ampunan, rahmat, pahala, dan keberkahan. Bulan yang menghadirkan kedamaian apabila kita bisa menikmatinya. Kedamaian di tengah malamnya yang syahdu. Kedamaian saat santap sahur dan berbuka. Kedamaian saat menjalankan ibadah lainnya. Sungguh nikmat luar biasa besar yang harus disyukuri. Alhamdulillah.
Bulan Ramadan di tengah pandemi, banyak orang jadi lebih senang berbagi. Banyak orang saling menyemangati. Banyak orang menjalin silaturahmi, justru karena tak bisa bertemu langsung. Saya misalnya, jadi lebih sering menelepon ibu saya karena tahu tidak bisa mudik lebaran kali ini. Ibu saya juga jadi lebih banyak libur dari kerjanya, dan banyak waktu di rumah. Kami jadi lebih sering komunikasi. Alhamdulillah.
Semoga pandemi ini tak merenggut kedamaian di hati kita, dan kekhusyukan ibadah kita di bulan mulia ini. Tentu kita tetap terus berdoa semoga Allah segera mengangkat wabah ini dan memberi kesehatan pada seluruh saudara kita di mana pun berada. Aamiin.
Jangan lupa juga untuk tetap berburu lailatul qadr, ya!
#30DaysWritingChallenge
#30DWCJilid23
#Squad7
#Day22
Comments
Post a Comment