Review Novel The Star and I (Ilana Tan)

Lima tahun setelah In A Blue Moon, Ilana Tan kembali meluncurkan karya. Berjudul The Star and I, novel ini kembali membawa ciri khas karya Ilana Tan. Kisah romance yang sederhana, dengan konflik yang mungkin tidak bombastis, tapi penyajiannya sungguh memikat.


Judul: The Star and I

Penulis: Ilana Tan

Penerbit: Gramedia

Tahun terbit: 2021

Tebal: 344 halaman



Spoiler alert!

Manis, adalah kata yang tepat untuk karya-karya Ilana Tan, khususnya The Star and I. Novel ini berkisah tentang Olivia Mitchell, seorang aktor Broadway, yang mencari ibu kandungnya di The Big Apple alias New York. Dia tak sendiri. Dibantu oleh sahabat masa kecilnya, Rex Rankin, pencarian Olivia jadi lebih menarik.


Aku menikmati membaca novel ini. Setiap scene yang digambarkan bisa dengan mudah dibayangkan oleh pembaca. Ilana Tan tidak menggunakan kosakata yang njelimet, sederhana, tapi indah.


Karakter dan tingkah tiap tokohnya begitu kuat dan natural. Ollie yang ceria, dramatis, polos. Rex yang pemalu, pendiam, cool, baik hati (pada beberapa orang).  Chemistry antara Ollie dan Rex yang sudah berteman sejak balita juga digambarkan dengan pas, tidak berlebihan. Pembaca bisa menerima dan merasakan emosi itu.


Tidak klise. Ya, novel ini mengangkat premis tentang Ollie yang mencari ibunya, dan dia menemukannya dengan bantuan penyelidik. Ibu kandungnya bukanlah seorang yang selama ini dia kenal, atau orang yang punya ikatan dengan orang yang akrab dengannya. Ini logis dan tidak klise menurutku. Alur pencarian ibunya pun dibuat begitu runut, rapi. Tidak ujug-ujug, tidak juga terlalu rumit.


Sementara hubungan antara Ollie dan Rex juga begitu dewasa. Bukan dewasa yang macem-macem, ya. Di sini tidak ada adegan aneh-aneh, ga ada kissing juga. Justru, emosi antara keduanya dibangun dari tindakan saling mendukung, tanpa banyak mengumbar kata cinta. Toh, mereka teman sejak kecil, jadi sudah saling pengertian gitu.

"Adakalanya orang-orang yang menghilang adalah orang-orang yang tidak ingin ditemukan." 
-Robert Ramford 

Novel-novel Ilana Tan memang setting-nya di luar negeri, tapi tak lantas begitu saja menggambarkan budaya luar yang bebas. Semua ceritanya disesuaikan dengan budaya di Indonesia. Terlihat sangat sopan dibanding cerita aneh bin ajaib yang berkembang sekarang--di platform online terutama.


Bagi penggemar karya-karya Ilana Tan kurasa akan senang dengan novel ini. Mungkin melebihi In A Blue Moon dan seri empat musim. Sedangkan bagi penggemar cerita “fantastis” atau “heboh”, cerita dengan judul yang membocorkan keseluruhan cerita, ini tentu tidak cocok. 


======================End of review=====================


Bulan ini aku berhasil menamatkan dua novel, tapi sepertinya gagal menamatkan novel Agatha Christie. Padahal lagi ikut challenge dari @Fiksigpu. Hiks.


Ngomong-ngomong, aku sendiri mulai heran, kenapa kalau novel bisa cepet bener bacanya. Sedangkan buku parenting dan nonfiksi lainnya udah mengantre sejak kapan belum ada tanda bakal kelar. Wkwk.


Dan karena sebentar lagi bulan Ramadhan (sekitar 46 hari lagi!), sepertinya aku akan beralih membaca buku-buku nonfiksi yang menumpuk dulu. Karena beneran udah menumpuk, dan pada belum kelar. Ada yang belum dibaca sama sekali. Duh. Khususnya buku-buku agama. Jadi jangan kaget, ya, kalau tiba-tiba aku post tentang buku religi. Wkwk. Semoga benar-benar bisa baca sampai selesai dan mengamalkannya. Aamiin. 


Comments

  1. mbak aku kok jadi penasaran yaaa.... tokoh utamanya adalah aktor broadway tapi kenapa judulnya The Star and I... jangan-jangan ibunya lebih bintang dari pada dia...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hyahaha.. ngga mbaa..judul The Star and I itu maksudnya adalah...mmm... Kasih tau ga y..wkwk

      Delete
  2. waduh sudah lama sekali sejak saya baca buku Ilana Tan yang seri 4 musim. Jadi penasaran ingin baca yang ini juga. Sama kita Mbak kalau baca buku nonfiksi kayanya engga kelar2, tapi ditumpuk buanyaak banget hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sepertinya banyak yg senasib yak 😆

      Delete
  3. Wiiih dah lama banget saya ga baca novel. Kalau dengar kata romance saya kebayangnya romance ala2 drakor :D Apakah imajinasi yang didapatkan mba pas baca juga seperti itu? :p

    ReplyDelete
  4. Memang benar koq mba, saya juga kalau baca novel cepat eh pas baca buku non-fiksi melambat, wk..wk..wk..tapi akhirnya saya kadang suka tandem baca antara buku fiksi dan non-fiksi biar bisa selesai dua-duanya.
    Well mba, untuk review bukunya, masih menggambarkan hal-hal positif dari bukunya, kalau menurut mba sendiri, ada kekurangannya gak seh dari buku the star and i ini?

    ReplyDelete
  5. Buku fiksi itu bisa dibaca lebih cepat daripada non-fiksi kalau Saya hehe. Belum pernah nih baca bukunya ilana Tan, seru yah kayanya.

    ReplyDelete
  6. Trus, berhasilkah Olivia menemukan ibunya? Apakah kisah kasih terjalin antara Olivia dan Rex? Cari tahu dengan beli bukunya dong ... hahaha

    Kalau aku lebih cepat baca buku parenting dibanding novel. Malah novel di rumah masih rapi di rak buku.

    ReplyDelete
  7. Buku fiksi menurut saya biasanya membuat kita lebih banyak berimajinasi sehingga menyenangkan ya Mba.. Sedang non fiksi, seperti parenting atau buku agama, pengetahuan, lebih mengkaitkan kita dengan kehidupan nyata, jadi rasanya begitu dibaca mau gak mau harus diaplikasikan hehehe..

    ReplyDelete
  8. Wow... Setuju mba... Non-fiksi harus langsung aplikatif.

    ReplyDelete
  9. Wow... Setuju mba... Non-fiksi harus langsung aplikatif.

    ReplyDelete
  10. Waaah.... jadi pingin baca bukunya. Btw, suka Agatha Christie juga? Ih, seneng deh, ada temennya.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik