Review Novel Teluk Alaska

Hmm… Aku sejujurnya bingung memulai dari mana. Tapi karena buku ini sudah dibaca, walaupun skimming di beberapa bagian, jadi aku akan tetap menulis review.


Judul: Teluk Alaska

Penulis: Eka Aryani

Penerbit: Coconut Books

Tahun terbit: 2019

Tebal: 407 halaman


Sinopsis:

Teluk Alaska bercerita tentang Ana, siswi kelas IX, yang selalu di-bully oleh teman (?) sekelasnya. Yang hobi mem-bully adalah geng “penguasa sekolah”. Ana ini walaupun sering mengalami perundungan, dia tetap saja diam, kalem, senyum, di depan para pem-bully. Sampai akhirnya mulai terjadi perubahan yang entah bagaimana gitu. Salah satu pem-bully perlahan jatuh cintrong. And so on..


Review (spoiler alert):

Sepertinya aku perlu disclaimer dulu: ini bukan tipe cerita favoritku. Maksudnya, aku suka cerita romance, tapi bukan romance remaja SMA. Jadi aku kurang bisa menikmati novel ini.  Ada beberapa sebab, tentunya. Pertama, terlalu bucin--tidak perlu dijelasin lah, ya. Pokoknya gitu dah, bucin ala remaja yang baru mengenal suka-sukaan dan seakan dunia milik berdua.


Kedua, adegan yang repetitif sehingga menjadi (terlalu) klise. Bayangkan, ada tiga kali adegan si cewe-cowo ini hujan-hujanan berdua. Duh, ga masuk angin apa? Ketiga, terlalu banyak kata sifat, kurang deskripsi. Aku juga bukan pencinta deskripsi yang terlalu detail. Namun, ga sesingkat “ibunya cantik”, atau “awet muda”, gitu juga lah, ya. Kan bisa dijelasin lebih detail gimana cantiknya. Atau tentang latar tempat. Ngga cuma “awan mendung” aja. Ya kan? 


Keempat, plot hole. Ada banyak sisi yang aneh, menurutku. Misal, si geng penguasa sekolah ini dikesankan anak-anak orang kaya. Tapi ternyata yang kaya cuma satu orang. Terus, di bagian akhir, time skip lima tahun, itu Ana diumpetin di mana? Is that even possible


Kelima, bertele-tele, tokoh utama yang terlalu sempurna. Bagian depan terlalu lambaaat. Lalu si tokoh utama seolah tanpa kekurangan. Sooo perfect: pinter banget, cantik, baik banget. Okay, kalau diterusin kayaknya ngga kelar-kelar. Kita skip ke bagian positifnya aja ya.


Mungkin karena usiaku juga sudah kepala tiga, jadi pandanganku agak beda terhadap novel remaja yang seperti ini. Namun, sebagai orang tua, ada pesan penting yang bisa diambil: didiklah anak dengan baik! Supaya ga bucin-bucin-an, dan ga menjadi pem-bully, atau di-bully kelak. :)


Btw, aku baca novel ini karena direkomen oleh seorang kawan. Kawanku ini orangnya positif sekali, ngga kayak aku. Wkwk. Jadi mungkin dia bisa melihat lebih banyak sisi positif dari novel ini. Iya, ngga, Mba? X)


Comments

  1. Hahaha novel ini ala2 komik serial cantik jaman2ku muda dl kayanya ya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik