Kebahagiaan di Awal Bulan: Bayi Bisa BAB dengan Lancaarr

Bayi

Alhamdulillah. Selain gajian dan segudang nikmat dari Allah di awal bulan ini, ada sebuah kebahagiaan yang saya rasakan hari ini: si bayi hari ini sudah pup. Alhamdulillah..

Ah, perkara pup aja, kok, happy banget? Mungkin sebagian ada yang merasa demikian, dan itu sah-sah saja. Perkara buang air ini memang kelihatannya sepele, kecil, remeh. Namun, ketika Anda atau keluarga ada yang mengalami susah buang air, baik itu besar maupun kecil, niscaya kehidupan mendadak terasa lebih berat.

Nah, qaddarullah, anak kedua saya yang saat ini berusia 18 minggu, memiliki keunikan dalam hal pup alias BAB. Sejak usia tiga mingguan, frekuensi pupnya memang berkurang, tidak setiap hari. Kadang dua hari sekali, kadang tiga hari sekali, empat hari, dan semakin berkurang. Di usia tiga bulan, rekor paling lama pupnya adalah dua minggu. Ya, dia pup dua minggu sekali. 

Ketika saya tanyakan pada dokter anak secara online, jawabannya masih bisa wajar karena si bayi ASI eksklusif dan ASI tersebut diserap sempurna oleh tubuh. Dengan catatan tidak ada muntah berulang, pertambahan berat badan bagus, anak tidak rewel, tidak kembung, dan kentutnya lancar. 

Walaupun demikian, saya masih agak khawatir. Akhirnya saya berikan Liprolac baby untuk membantu pencernaannya. Ini juga dengan resep dokter. Akan tetapi saya tidak rutin meminumkannya, hanya ketika sudah seminggu tidak pup, baru saya kasihkan. Hasilnya, frekuensi pup masih sama. Wkwk.

Kemudian puncaknya adalah minggu lalu. Si bayi sudah 18 hari tidak pup! Saya putuskan konsul langsung ke dokter anak di Hermina Ciputat. Setelah diperiksa langsung, jawaban dokternya kurang lebih sama dengan dokter yang saya konsul online. Namun, menurut dokter, memang sudah ada fesesnya tapi belum keluar. Ini bisa diketahui dari meraba (memijit/menekan) perut bayi. Tentu hanya dokter yang bisa menilai ini, ya.

Dokter pun memberikan Microlax supaya feses yang sudah ada bisa dikeluarkan dengan lancar. Sayangnyaa, bahkan setelah dikasih Microlax pun si bayi masih tidak pup. Duh, duh, makin galau lah mamak. Untungnya si bayi sendiri tidak rewel, jadi saya bisa agak tenang dan tetap berusaha. Saya rutinkan pijat ILU setiap habis mandi, lalu kakinya digerakkan seperti mengayuh sepeda. Kemudian saya sounding juga ke bayi supaya segera pup, tentu diiringi juga dengan doa dan memohon kepada Allah agar dimudahkan semuanya.

Alhamdulillah, hari Jumat lalu, si baby pup. Ffiuuhh, mamak lumayan legaaa, tapi masih agak mengganjal karena kuantitas pupnya tidak sebanyak biasanya. Doa dan usaha pun dilanjutkan. Pijat ILU, gowes, dan minum Liprolac diusahakan rutin setiap hari. Dan hari ini, Senin, dia pup lagi dengan lancaar, banyak, tanpa ngeden yang berarti. Alhamdulillah.

Saya lega sekarang. Untuk kedepannya insyaallah akan rutinkan usaha-usaha yang tadi itu, plus doa, supaya frekuensi pupnya bisa lebih teratur dan ga kelamaan. Hehe. Fyi, Liprolac tuh semacam Yakult untuk bayi. Kandungannya adalah bakteri baik yang membantu pencernaan. Harganya juga lumayan mahal, sebotol kecil saja kisaran Rp190.000-Rp200.000. Dan setelah dibuka hanya bisa bertahan 28 hari. hiks.

Ini bukan pertama kalinya saya berurusan dengan frekuensi pup bayi. Anak pertama saya dulu juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Bahkan berlanjut menjadi konstipasi setelah mulai MPASI. Karena itulah, untuk anak kedua saya ingin masalah pup ini diselesaikan sebelum mulai MPASI agar tidak sama dengan anak pertama. 

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan lahir batin, ya. Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.

#TaTiTaTu #RBMIPJakarta


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik