Empat Alasan Saya Berhenti Nonton The World of The Married

Photo by Aleksandar Cvetanovic on Unsplash

Saya sarankan, Anda juga berhenti menonton drakor ini.

Kenapa? Ini kan seru!
Kenapa? Kan banyak yang bisa dipelajari dari sini!
Kenapa? Ini kan cuma drakor! 

Mungkin ada yang berkata demikian. Tentu saja ini pilihan masing-masing. Tapi saya harap setelah membaca tulisan ini mungkin Anda akan mengikuti saran saya. #semoga

Seperti judul tulisan di atas, saya sudah menonton dua episode drakor The World of the Married, kemudian saya berhenti. Dan, melihat betapa drakor tersebut begitu viral sekarang, saya bersyukur memutuskan tidak menontonnya lagi.

Setidaknya ada empat alasan saya melakukan ini.

Pertama, ini bulan Ramadan 
Pertama kali saya menonton drakor tersebut kira-kira satu dua minggu sebelum Ramadan. Saat itu Ramadan segera tiba, dan saya tahu mungkin saya masih tak bisa maksimal beribadah di bulan suci ini, tapi setidaknya saya bisa mengurangi melakukan hal sia-sia, yaitu menonton drakor. Semata-mata demi menghormati bulan Ramadan.

Ya, mungkin masih ada hal sia-sia lain yang saya lakukan di bulan Ramadan ini, tapi akan jauuuh lebih sia-sia jika menonton drakor. Apalagi drakor ini satu episodenya satu setengah jam. Duh! Kalau baca alquran bisa dapat satu juz itu. #mendadaksholehah

Kedua, tidak bagus bagi mood dan emosi 
Apa yang Anda rasakan setelah selesai menonton tiap episode drakor The World of The Married? Kesal? Marah? Emosi jiwa? Atau sedih? Ya, wajar, dengan jalan cerita yang begitu menghanyutkan bagi emak-emak, tak heran penonton terbawa emosi. Saya pribadi tak senang dengan hal ini karena emosi yang ditimbulkan adalah emosi negatif.

Setelah menonton episode satu dan dua saja saya jadi ngedumel ke suami tentang sikap para tokoh di drakor itu. Apalagi kalau saya lanjut nonton? Bisa-bisa tiap hari itu aja yang dibahas karena terlalu membangkitkan emosi. Nggak penting aja gitu. Wkwk.

Ketiga, The World of The Married tidak untuk semua orang 
Hanya karena Anda berusia 25+, atau sudah menikah, atau emak-emak, tidak berarti drakor itu cocok untuk Anda. Tontonan semacam ini aman jika penonton memang “sehat mental”. Begitu menurut psikolog Meity Arianty STP, M.Psi, dalam artikel di Wolipop.

Sebuah tontonan dapat memengaruhi kesehatan mental penontonnya. Jika penonton dalam keadaan sehat mental mungkin tidak ada pengaruh, tapi jika mentalnya sedang tidak sehat, maka bisa jadi berbahaya. Meity sendiri mengaku enggan menonton drakor tersebut.

Di saat pandemi global seperti sekarang ini, tambahnya, masyarakat butuh input positif sehingga bisa meningkatkan sistem imun. Bukan sebaliknya.

Keempat, bikin curiga sama suami 
Hayoooo, siapa yang setelah nonton drakor ini jadi suka curiga atau sensi ngga jelas sama suaminya? Hahaha. Saya yakin tidak sedikit, sih, yang begitu. Buktinya sampai ada meme-nya bertebaran di dunia maya.

Itulah empat alasan pribadi yang bisa saya ungkapkan di sini. Alasan lain mungkin lebih umum, seperti boros kuota, jadi begadang tanpa arti, dll.

Ramadan tinggal sepuluh (atau sembilan) hari lagi. Semoga kita dapat memanfaatkan momen ini sebaik mungkin. :)

#30DaysWritingChallenge
#30DWCJilid23
#Day19
#Squad7

Comments

  1. Saya pun sejak awal malah, tidak memilih untuk menonton, mba. Saya merasa tidak cocok sejak awal, dengan genre ini. Setuju mba, lebih baik menjaga mental 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya awalnya kepo, tapi setelah dua episode itu, yaa, begitulah.. banyakan efek negatifnya..wkwk..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Lima Hal yang Membuat Bartimaeus Trilogy Menarik