Harta yang Paling Berharga adalah Tetangga

Salah satu harta yang paling berharga adalah tetangga, tepatnya tetangga yang baik. Setujukah kalian? Saya pribadi sangat setuju!

Betapa tidak, di tengah kehidupan yang makin individualis, saya ditakdirkan untuk merasakan nikmatnya memiliki tetangga yang sangat baik. Akan saya jabarkan kebaikannya, agar bisa menginspirasi kita semua.

  1. Beliau lebih dulu menyapa dan mengajak berkenalan

Saat itu sekitar bulan Maret-April 2016. Saya masih ingat pertama kali tetangga saya–sebut saja Mama Najmi–menyapa ketika kami sedang belanja di tukang sayur. Rumahnya di depan rumah saya. Beliau punya tiga orang anak, yang dua sudah SD, sedangkan yang bungsu seumuran dengan anak pertama saya.

Sebagai orang yang introvert dan sangat pemalu, disapa duluan membuat saya lega. Haha. Dan perkenalan itu pun membuat kami sering tegur sapa ketika bertemu. Beliau sangat ramah dan easygoing.

Karena seumuran, anak-anak kami pun sering main bareng. kadang main di rumahnya, kadang di rumah saya.


  1. Beliau kerap memberikan makanan

Mama Najmi bukanlah orang kaya, keluarganya sederhana, tetapi tidak membuatnya pelit pada sekitar. Beliau sering membagi masakannya pada kami. Beliau pandai memasak macam-macam makanan, dan yang dikirim kepada saya pun bermacam-macam. Kadang makanan camilan, kadang lauk, kadang sayur.

Bahkan di bulan Ramadhan, hampir setiap hari saya dikirimi makanan. Saya dan suami pun sampai heran, apakah Mama Najmi sedang bayar fidyah? Tapi saya kan bukan kaum dhuafa. Wkwk.

  1. Beliau tidak segan membantu, apapun!

Ah, saya tidak yakin ada yang bisa menandingi beliau dalam hal ini. Beliau banyaaak sekali membantu saya. Bahkan ibu saya sendiri ketika saya ceritakan heran juga. 

Mama Najmi pernah membantu mengusir kodok dari sepatu saya. Kemudian juga pernah beberapa kali membantu membersihkan teras rumah saya. Membantu menjaga anak saya. I’m very grateful. Karena saya jadi bisa beberes dan memasak dengan tenang.

Beliau juga membantu membersihkan kotoran kucing di teras rumah saya. Tanpa diminta!  Terharu banget. Jadi waktu itu beliau lagi main ke rumah saya, kami ngobrol-ngobrol. Eh, tiba-tiba ada kucing berantem depan pintu, dan kucingnya poop persis di depan pintu! Astaga… Saya syok. Mama Najmi langsung gercep mengambil sapu lidi dan air dari rumahnya dan membersihkan teras. Wallahi, saya sangat terbantu dan terharu.

Ada beberapa hal serupa lainnya yang juga beliau lakukan. Ya Allah… Tetangga yang satu ini sungguh langka.

Tentu saja, ketika saya pindah rumah, beliau juga sangat gercep membantu packing. Alhamdulillah, terbantu banget karena memang saat itu harus segera pindah ke luar kota.

Sekarang pertanyaan yang sulitnya: Sudahkah Kita Menjadi Tetangga yang Baik?

Ah, kalau saya sendiri sudah jelas masih sangat jauh dari itu. Masih lebih sering kerepotan dengan urusan sendiri dan melupakan sekitar.

Namun, semoga cerita di atas bisa menjadi motivasi kuat bagi kita untuk peduli kepada sekeliling. Apalagi banyak hadis yang mendorong kita untuk memuliakan tetangga. 


#30DaysWritingChallenge

#Day2

#30DWC

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Resensi Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye)