Surat Cinta untuk Ibu Rumah Tangga

 Assalamu’alaikum, Buibuuu!

Apa kabarmu? Sehat? Lelah? Kesal? Capek? Sama, dong. Hehe. Alhamdulillah, ya, Buk, apapun kondisinya, kita harus syukuri, supaya nikmat yang ada ditambahkan lagi oleh Allah. Aamiin.

Karena yaa memang sih, bagaimana pun kondisi kita, sebenarnya selalu ada nikmat besar di baliknya. Hanya saja kita sering lupa, atau take it for granted alias menyepelekan, meremehkan. Padahal ketika nikmat yang kita anggap remeh itu dicabut, beeuuuhh, bisa nangis bombay kita.

Pernah ngga sih, saat kita merasa sedang panik, sedih, lelah, marah, lalu kita berpikir, this can’t be any worse, eh ternyata it can! Dan saat itulah baru kita sadar, bahwa keadaan kita sebelumnya, yang kita anggap udah menderita banget, itu belum seberapa. Jadi memang harusnya sih kita mensyukuri setiap keadaan, ya. 

Buk, lelah itu wajar, manusiawi. Begitu juga dengan rasa kesal, marah, bosan, sedih, dll. Itu semua sudah fitrah kita sebagai manusia. Kadang kita kecewa pada orang lain, kadang sebaliknya, kita yang mengecewakan orang lain. Namun, jangan lupa ya, Buk, semua yang kita rasakan itu tidak lewat begitu saja. Semua ada timbal baliknya.

Ada pahala yang menanti, ada hal-hal positif lain yang bisa dirasakan. Ah, contoh gampangnya deh, ketika kita lelah membereskan rumah, maka balasannya adalah rumah yang bersih dan nyaman. Ketika kita capek setelah masak, hasilnya adalah makanan yang lezat–insyaallah. 

Kalau kata orang mah, no pain no gain, ada harga ada rupa, ada pengorbanan yang harus dilakukan. Apalagi kita sebagai ibu, hal yang mau kita capai pastilah sesuatu yang besar. Kita ingin anak-anak yang sehat, salih dan salihah, berbakti, cerdas. Kita ingin suami yang setia, romantis, baik budi, perhatian, bergaji besar (#eh). Bukankah semua itu hal yang besar?

Nah, kalau impian yang sangat besar seperti itu, masa’ pengorbanannya kecil, ngga mungkin dong? Hehe. Jadi, sabar-sabar ya, Buk. Insyaallah, semua lelah itu, semua perasaan tidak nyaman itu, akan membuahkan hasil yang baik. Bagi kita dan keluarga. Asalkan kita ikhlas, tidak banyak mengeluh. Memang PR yang tidak mudah sih, tapi bukan tidak mungkin. Dan tidak harus langsung sempurna. Pelan-pelan saja. We will get there, insyaallah.

Ah, jangan lupa, Ibu juga tidak sendirian, kok. Ada banyak teman senasib, kita semua berjuang sama-sama, di tempat masing-masing, dengan kemampuan dan cobaannya masing-masing. Dan yang terpenting, kita punya Allah, tempat kita berpasrah, mengadukan segalanya. Jangan kita pikul sendiri, kita ngga bakal sanggup. Kita mah berusaha dan berdoa, urusan hasilnya Allah yang lebih tahu. Allah juga yang punya kuasa.

Jadi, tetap semangat ya, Buibuk. Take a rest and get stronger. Baarakallahu fiik

#30DWC

#30DWCJilid46

#Day4


Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel "Represi"

Pengalaman Kuret Setelah Melahirkan

Resensi Teruslah Bodoh Jangan Pintar (Tere Liye)