Ngobrolin Buku Bareng Klub Buku RBM IP Jakarta


Hari Minggu kemarin Rumah Belajar Menulis (RBM) IP Jakarta mengadakan acara yang seruuu yaitu Klub Buku RBM. Intinya di acara ini adalah ngobrolin buku yang sudah dibaca. Biasanya ikut kegiatan seperti ini di KLIP. Ternyata RBM ngadain juga. Hehe.

Nah, di acara ini aku jadi hostnya. Huahahaha. Ini sesuatu yang baru bagiku, pengalaman pertama menjadi host acara via Zoom. Tentu saja aku sebagai host bukanlah sisi menarik acara ini, melainkan buku-buku rekomendasi dari para peserta. 

Dalam waktu dua jam ada sepuluh buku yang kami obrolin. Ada buku anak, ada buku novel, ada buku nonfiksi, dll. Semuanya keren-keren bacaannya. Aku sungguh takjub! Emak-emak keren gemar baca. Uwwuuu..

Akan tetapi, ada tiga buku yang sangat penasaran ingin kubaca. Baca, iya, mau baca tanpa beli. Bisa ngga? Ada ngga yang mau minjemin? Wkwk. Padahal buku-buku di rumah banyak yang belum dibaca, tapi udah keburu tertarik sama buku-buku lain. Hahaha…

Ehem. Baiklah. Jadi, ada tiga buku yang sangat menarik dan ingin kubaca: Dunia Lebih Jelek Daripada Bangkai Kambing, Sebelum Bunda Tiada, dan Gaul Bebas Kenapa Enggak?.

Kita bahas sekilas satu per satu ya, karena belum baca tentu ga bisa dibahas detail.

Dunia Lebih Jelek Daripada Bangkai Kambing

Buku ini dibahas oleh Mba Andina sambil berderai air mata. Dan aku bisa memahaminya. Iya, kurasa kita semua akan berderai air mata kalau baca buku ini. Ketika Mba Andina bercerita aja aku berasa nyesek dan tertampar-tampar. 

(Sumber gambar: pustakaattaqwa.com)

Jadi, buku DLJDBK ini ditulis oleh Ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Istilah yang ada dalam judul, seperti yang kita tahu, diambil dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah kisah dari sahabat Jabir bin Abdullah radhiallahu‘anhuma. Kisahnya kurang lebih begini:

Pada suatu hari sahabat sedang berjalan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melewati sebuah pasar. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat bangkai kambing yang telinganya cacat dan menawarkan sahabat untuk membeli bangkai tersebut.

Tentu para sahabat menolak. Tidak ada yang mau membeli bangkai kambing yang cacat. Jangankan membeli, diberi gratis pun tidak mau. 

Akhirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Demi Allah, sesungguhnya dunia lebih hina di sisi Allah daripada bangkai ini di mata kalian.” (HR. Muslim 7607)

Kembali ke buku DLJDBK. Intinya buku ini menegeur dan mengingatkan kita bahwa dunia ini tidak ada nilainya di sisi Allah. Jadi, kenapa kita terus menerus mengejar dunia? Sungguh banyak dari kita yang telah tertipu dengan dunia ini. Seharusnya, dunia ini hanya sarana dalam memperoleh keuntungan di akhirat kelak. 

Begitu yang dijabarkan Mba Andini. 

Bener-bener pengingat banget 'kan. Makanya pingin banget baca. Apalagi setelah browsing ternyata buku ini ngga mahal. Jadi pingin beli. Hehe. 

(sumber: kautsar.co.id)

Sebelum Bunda Tiada

Oke, buku kedua berjudul Sebelum Bunda Tiada karya Muhammad Yassir, Lc., terbitan Pustaka Al Kautsar. Denger judulnya aja udah hampir terharu, ya, kan? Mba Aulia yang membahas buku ini di Zoom kemarin. Buku ini nonfiksi, berisi tentang pesan-pesan seorang ibu kepada anaknya dalam menghadapi dunia. Karena orang tua tidak akan selamanya mendampingi anak. Jadi anak harus tahu bagaimana menghadapi dunia ini dengan benar. 

Tentunya ini bukan hanya buku yang bagus untuk anak-anak, ya. Bagus juga untuk ibu dan para orang tua pada umumnya. Karena status kita sebagai orang tua tak lantas membuat kita tahu berbagai hal. Kita tetap harus belajar. Banyak.

Gaul Bebas, Kenapa Enggak?

Buku ketiga yang menarik perhatianku adalah buku berjudul Gaul Bebas, Kenapa Enggak?, rekomendasi dari Mba Lathifah. Judulnya menarik, ditulis oleh seorang dokter yaitu Dokter Dewi Inong Irana, SpKK. Apa isinya? Udah kebayang, dong? Isinya tentang bahayanya berbagai penyakit yang diakibatkan oleh pergaulan bebas. Kurang lebih begitu ya. Ada bahasan tentang LGBT juga dan ancaman penyakitnya. 

(sumber gambar: gemainsani.co.id)

Aku ingat waktu SMP pernah baca buku mini yang isinya mirip-mirip begini. Menarik dan bagus, edukatif. Tapi itu cuma buku mini yang dibagikan oleh produsen pembalut. Waktu itu lagi promosi dan sosialisasi ke sekolah-sekolah tentang kesehatan reproduksi. Jadi tentu kurang lengkap penjelasannya. 

Nah , itu dia sekilas tentang kegiatan RBM kemarin. Hhh.. Agak-agak mellow nih, biasanya berkegiatan dengan Rulis IP Batam, sekarang sudah pindah kolam. Alhamdulillah jadi menambah teman, menambah ilmu, dan pengalaman. Insya Allah. 

Bagus untuk remaja, tapi orang tua juga harus baca dulu supaya bisa menyampaikan dengan baik ke anak.

Terima kasih sudah membaca. Semoga bermanfaat.


Review Novel "Meniti Jalan Impian"



Judul: Meniti Jalan Impian

Penulis: Lathifah Barkah

Penerbit: LovRinz

Tahun terbit: April 2021

Jumlah halaman: 234

Sudah lama saya tidak membaca novel atau buku fiksi lainnya. Ada beberapa novel yang mengantri untuk dibaca, tetapi saya tak kunjung bersemangat bahkan untuk membukanya. Entah kenapa.

Akan tetapi, novel Meniti Jalan Impian ini berhasil mengetuk rasa penasaran saya. And here I am, finished reading the book and I’m gonna tell you about it. There might be spoiler.

Novel pertama karya Lathifah Barkah ini bercerita tentang seorang muslimah bernama Noura. Noura memiliki sebuah impian besar nan mulia yaitu membangun sekolah gratis. Sebagaimana impian besar pada umumnya, ada banyak aral melintang dalam mewujudkannya. Itulah yang dihadapi Noura. 

Halangan dalam mewujudkan mimpi ini tidak hanya dari segi finansial, dll, tapi juga dari orang-orang sekitar Noura, bahkan--pada satu titik--dari diri Noura sendiri. Lalu, apakah ia menyerah? Apakah ia mengganti impiannya dengan yang lebih mudah diraih? Hehe.

Padat Ilmu

Oke, buku Meniti Jalan Impian masuk ke dalam genre novel religi, ya, karena sarat akan ilmu agama. Sosok Noura pun digambarkan begitu menjaga diri dan kehormatannya sebagai muslimah. Sosok teladan bagi para muslimah.

Ada beberapa kutipan ayat Al-Qur’an dan hadits dalam novel ini. Menyenangkan ketika membaca sebuah novel, tapi juga mendapat ilmu, tidak hanya sebuah drama. Namun, ada beberapa bagian yang membuat saya serasa membaca artikel, saking banyaknya penjelasan yang ingin disampaikan.

Time Skip

Novel berangkat dari Noura yang berusia kurang lebih 20 tahun, masih mengenyam kuliah, dan berakhir ketika ia berusia sekitar pertengahan 30. Artinya, durasi dalam novel ini sebenarnya cukup panjang. Banyak hal yang diceritakan, dan itu sebenarnya menarik.

Sayangnya, ada beberapa time skip yang menurut saya jadi kurang greget. Karena time skip-nya itu justru yang saya ingin tahu ada apa di sana, apa yang dilakukan Noura, dsb. Misalnya ketika di awal pernikahan, ia menghadapi masalah, lalu tiba-tiba sudah berlalu lima tahun kemudian (atau lebih). 

Tapi ini tidak sampai menjadi plot hole, siy. Hanya jadi semacam anti klimaks di beberapa bagian saja. 

Polisi Tidur 

Bagaimana jika kita sedang berkendara dengan kecepatan sedang, tiba-tiba bertemu polisi tidur? Kaget? Ya. Nah, begitu juga ketika mengikuti jejak perjuangan Noura. Ada beberapa hal yang saya duga akan seperti ini, ternyata seperti itu. Ada beberapa kejutan kecil yang menyenangkan.

Menyenangkan karena kejutan ini menambah konflik sehingga cerita lebih menarik. Tidak lurus-lurus saja. Konfliknya pun tidak klise, tidak ecek-ecek gitu. Saya suka, kejutan ini membuat saya penasaran dan ingin lanjut membaca. Sambil bertanya-tanya apa “polisi tidur” selanjutnya yang akan dihadapi Noura.

I Love the Ending

Bagian akhir atau penutup cerita menjadi bagian yang penting, dan bisa berdampak pada keseleruhan kesan terhadap sebuah novel. Bagaimana dengan ending cerita Noura? Well, I won’t tell you, but, I will say: I love it!

Saya senang karena penulis membuat ending yang manis untuk sebuah perjalanan panjang si tokoh utama. Ending yang membuat saya sebagai pembaca puas dengan cerita ini. 

The Book

Secara fisik ada dua hal yang menjadi perhatian saya pada novel ini. Pertama, jenis font yang digunakan. Mirip dengan comic sans serif, tapi masa sih pake comic sans untuk sebuah novel? Rasanya saya belum pernah menemui novel lain menggunakan jenis huruf ini. 

Kedua, background gambar di halaman pertama tiap bab. Ini malah agak membuat kesulitan membaca tulisannya. Padahal jika dibiarkan polos pun bagus-bagus saja. It’s not a big deal though.

Overall, I love the story. Sangat penuh makna dan pesan, tersirat maupun tersurat, tanpa terkesan menggurui. Apalagi cerita ini diangkat dari kisah nyata! Sebuah bacaan yang berfaedah di tengah pandemi yang membuat kita lebih banyak di rumah. 

Terima kasih telah menuliskan kisah ini, Mba Ika. :)




Ringkasan Kajian "Untukmu yang sedang Menanti Buah Hati"

 



Banyak, sangat banyak yang ingin memiliki anak, dan belum mendapatkannya. Terlihat dari kajian malam ini, peserta di Zoom seribu kurang sedikit. Dan yang menonton di YouTube juga hampir 500-an. Masyaallah. Alhamdulillah.


Saya sendiri terlambat masuk. Zoom dibuka sebelum pukul 20.30, saya baru join sekitar jam 21.00. Tapi alhamdulillah masih bisa masuk, karena biasanya memang ada saja peserta yang keluar masuk di tengah acara. Dan saat itu peserta di Zoom sudah 998 orang. 


Kajian ini bertajuk “Untukmu yang sedang Menanti Buah Hati”, diadakan oleh Indonesia Bertauhid, dengan narsum Ustadz Raehanul Bahraen. Fyi, Ustadz Raehanul Bahraen adalah dokter spesialis patologi klinik yang berdomisili di Mataram. Beliau juga aktif sharing di akun IG @raehanul_bahraen.


Karena saya terlambat, ada beberapa materi yang luput. Ini sebagian materi yang saya dapatkan dari penjelasan dan tanya jawab di kajian tadi.

  • Anak adalah rezeki, jadi nash-nash yang menyebut tentang rezeki boleh ditempuh dengan niat mendapat anak.

  • Mengusahakan kehamilan harus menempuh dua sebab, yaitu sebab syar’i (seperti berdoa, bersedekah, dsb) dan sebab qadari yaitu dengan memeriksakan diri ke dokter.

  • Faktor kemandulan bisa dari pihak suami maupun istri, maka jika periksa ke dokter sebaiknya keduanya diperiksa.

  • Gaya hidup bisa sangat mempengaruhi fertilitas. Di antara yang perlu dihindari suami demi menjaga kesehatan sperma yaitu, jangan memakai celana dalam terlalu ketat, kurang olahraga, duduk terlalu lama (khususnya pada profesi tertentu). 

  • Sedangkan pada wanita, sering membersihkan area intim dengan produk khusus dapat berdampak negatif pada kehamilan.

Masih banyak info yang dijabarkan. Termasuk tentang bayi tabung. Ustadz menjelaskan tentang bayi tabung dari berbagai sisi. Penjelasan lengkap silakan dibaca di ebook yang dibagikan gratis di situs www.bit.ly/yukwakafib.


Ada beberapa tambahan dari sesi tanya jawab. Pertama, tentang tawakal. Tawakal punya dua rukun: menempuh sebab dan menyerahkan hasil akhir kepada Allah. Jadi tawakal harus diiringi dengan usaha maksimal.


Kemudian, tentang wanita memeriksakan diri ke dokter. Urutan pemilihan dokter, pertama pilih dokter wanita yang muslim. Jika tidak ada, maka boleh ke dokter wanita non-muslim. Jika tidak ada juga dokter wanita non-muslim di kotanya, dan sulit untuk safar mencari dokter lain ke luar kota, bisa ke dokter laki-laki muslim. Dan jika tidak ada juga maka boleh ke dokter laki-laki non-muslim. 


Sebisa mungkin saat proses pemeriksaan (jika dengan dokter laki-laki) maka meminimalkan terlihatnya aurat. Misal, saat USG ada cara-cara agar dokter tidak melihat perut pasien, jadi hanya melihat layar. Wallahua’lam. 


Demikian sekilas info tentang kajian tadi. Saya sendiri terharu melihat banyaknya orang yang menginginkan buah hati. Bahkan rela menempuh cara yang ekstra, seperti bayi tabung, yang perlu ekstra usaha dan biaya. 


Semoga kita semua dimudahkan Allah untuk mendapat rezeki anak yang sholih dan sholihah. Amin.


20 Ramadan 1442H


Review Komik Dewasa "Menepilah Ketika Lelah" Karya Abun Nada

Sudah lama sekali sejak terakhir saya membaca komik. Dan akhirnya di bulan Maret 2021 ini, saya kelar membaca sebuah komik. Kali ini komikny...

Popular Post